Album Putih
Ku dapati sebuah album putih nan usang ada di dalam laci meja. Ku ambil dan ku buka kembali sedikit kenangan dua belas tahun yang lalu, tepatnya di hari ulang tahunku yang ke delapan tahun. Ternyata memang benar ya, kehidupan ini berjalan sangat cepat dan tidak terduga.
Banyak sekali kejutan-kejutan yang Tuhan berikan untuk kita di setiap waktu yang kita lewati. Dan sekarang ternyata aku sudah memasuki kehidupan remaja yang penuh drama. Rasa-rasanya aku ingin kembali ke masa kecilku dulu.
Ku lihat dan ku pandangi kembali foto-foto di album putih usangku itu. Mengadakan pesta kecil yang meriah, memakai baju pesta yang menawan, menyanyikan lagu selamat ulang tahun, meniup lilin dan memotong kue bersama orang tua, berkumpul dengan teman-teman, meletuskan balon, membuka kado dan juga berfoto-foto menggunakan kamera ponsel yang masih jadul dan ala kadarnya saja. Ku pandangi satu per satu foto album itu, lucu sekali.
Ternyata banyak juga yang datang ke pesta ulang tahunku di saat itu. Ketika membuka album ini, rasa-rasanya aku kembali ke waktu itu. Mengingat kembali teman-teman kecilku. Wajah mereka di albumku terlihat datar tanpa ekspresi, tapi lucu dan imut.
Namun kini, yang terlintas di benakku adalah “apa aku bisa merasakan kondisi seperti itu sekali lagi saja? Merayakan ulang tahun dengan orang-orang terdekat?”
Ternyata kenangan seperti itu tidak bisa ku ulang kembali sampai detik ini. Ulang tahunku yang ke delapan tahun itu ternyata menjadi ulang tahun yang meriah dan paling seru sepanjang hidupku. Bahkan hingga saat ini, merayakan hari jadi pun sudah tidak pernah. Orang-orang mengingat tanggal ulang tahunku dan mengucapkannya saja aku sangat bersyukur. Berharap mereka mendoakan yang baik-baik untukku.
Namun, jika ada kesempatan dan rezeki, aku ingin mengulang perayaan seperti itu sekali lagi saja-
